Minggu, 25 September 2011

3 JAM MENCARI SARUNG (Part III)

CONTINUE FROM..

Saya tidak bisa tertegun terlalu lama karena pace sudah jalan lagi.

Kesempatan dapat tawaran luar biasa murah udah terjadi dua kali dan kedua-duanya kami lewatkan. Keajaiban sudah dua kali menghampiri kami tapi kami masih terus berjalan. Mungkin tidak sesulit dan selama mencari gaun tapi memang waktu yang ada tidak sampai tiga hari. Ini berarti kami terpaksa membayar lebih!

Pace terus berjalan tanpa arah, sementara saya hanya bisa mengikutinya dari belakang. Saya memang sengaja membiarkannya berjalan didepan, sehingga beliau bisa singgah jika tiba-tiba ada yang menarik perhatiannya. Kami berjalan sepanjang koridor, berhenti sejenak jika sampai di persimpangan untuk kemudia memilih jalan mana yang akan kami ambil. Sesekali ada pedagang yang meminta kami untuk sekedar mampir. Ada juga yang menanyakan apa yang kami cari. Kami hanya dia saja dan terus berjalan.


Diujung koridor nampak jauh lebih terang yang berarti kami sudah hampir sampai di ujung pasar Kebun Sayur tanpa membeli barang yang kami cari. Ironisnya kami tidak membeli bukan karena barangnya tidak ada, tidak suka atau karena harganya yang mahal tapi justru karena alasan yang tidak masuk akal (setidaknya untuk sebagian orang). Pace terus berjalan seolah tidak peduli kalau di depan adalah ujung koridor dan setelahnya adalah tempat parkir. Tidak tahu apa yang ada di benaknya, tapi sejauh ini keberuntungannya tidak mengecewakan jadi saya tetap mengikuti beliau. Tepat diujung koridor beliau singgah. Ternyata ujung koridor itu adalah sebuah petak kios yang menyatu dengan koridor dan langsung menghadap ke tempat parkir.

Kios ini jauh lebih baik dibanding dua kios sebelumnya. Lebih besar hampir tiga kali lipat, dagangan lebih lengkap (selain menjual tekstil kios tersebut juga menjual batu mulia dan asesoris wanita), posisinya sangat strategis langsung menghadap ke tempat parkir dan menyatu dengan koridor. Hmm.. meskipun sendiri tapi penjaga kiosnya terlihat lebih tenang dan kalau boleh dibilang sangat berpengalaman. Kenapa saya bilang begitu? Karena dia lebih fokus pada kenyamanan kami daripada sekedar menuntaskan transakasi.

Harga yang dia tawarkan juga tidak terlalu buruk menurut saya. Dan sepertinya pace juga tidak keberatan dengan harga itu. Satu lagi, perkiraan saya penjaganya orang Banjar. Kulitnya putih dan kalau bicara hurup "R-nya" betager (sangar jelas penyebutannya, lidah berrrgeterrrr.. enak aja didengarnya). Hal ini saya pelajari dari teman saya Si Moety yang juga keturunan orang Jawa-Banjarrr. Dia pernah bilang, "mana ada orang Banjarrr kulitnya gelap?". Dilain waktu dia berkata "Bukan orang Banjarrr kalo "R-nya tidak betagarrrr.."

Sedang asik milih-milh motif yang sesuai, tiba-tiba sang penjual menawarkan barang lain. "Kalau mau yang lebih bagus, saya juga punya..!" katanya sambil bergerak ke arah lemari di pojokan. Untuk beberapa saat, dia nampak sibuk mencari-cari. Sejurus kemudian, dia sudah menyodorkan sarung yang dia maksud. "Harrrganya memang jauh lebih mahal, tiga kali harrrga sarrrung yang itu" imbuhnya. Pace kemudian mengambil sarung yang disodorkan. Diperhatikannya dengan seksama kemudian dibandingkan secara langsung dengan sarung pertama. Saya pun bisa melihat kalau sarung ke-dua memang jauh lebih baik.

Pace kemudian meletakkan sarung-sarung itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun beliau beralih ke arah batu mulia. "Berapa harga batu yang hitam..?" tanya pace. Si Penjual dengan sigap menanggapi, benar-benar rofesional! Jika penjualnya tidak profesional pasti udah mangkel. Capek-capek dicarikan tapi tidak di-comment sedikitpun, malah nanya yang lain.

Saya tersenyum. Saya tidak peduli lagi dengan percakapan mereka! Dari tingkah pace yang sudah menyasar target baru berarti beliau merasa tujuan utamanya sudah terpenuhi. Jadi saya tinggal fokus pada menawar harga sarung tadi.

Coba trik pace ah..
Saya pun pura-pura memegang sarung yang tadi. Sok merasakan teksturnya. Satu detik, dua detik, tiga detik, lima.., 20.., 45.. Kok tidak ditawar-tawarin ya..? Asseeemmmm...! "Pasnya berapa mba..?" tanya saya. Karena tidak sabar, jadi harganya seret betul turunnya. Pace sudah selesai milih batu mulia, ada beberapa biji, namun harga sarungnya baru turun 15%. "Berapa..?" tanya pace singkat menanyakan harga batu mulia yang telah disihkannya. Rasanya mau mati saja mendengar jawaban si penjual. Masa pace belum nawar udah dikasi harga gila. Gimana saya tidak bilang harga gila kalau harga satu set batu mulia jauh lebih murah dari sarung satu lembar..?! Belum ditawar lagi..!

Frustasi menghadapi kesenjangan sosial antara saya dan pace, saya lalu mengambil inisiatif lain. Membiarkan pace yang menawar..! Saya rasa itu adalah jalan terbaik!
"Semua berapa..?" tanya pace sambil menyorongkan dua sarung dan batu mulia yang sudah dipilihnya. Jawabannya tidak perlu ditanya lagi. Jauh..!

"Bisa turun..?" pace memperlihatkan keseriusannya. Saya rasa pace akan mengambilnya, lagian harganya memang sangat pantas. Tidak terlalu jauh beda dari yang kios-kios sebelumnya. Saya kemudian menghampiri pace dan ngomong untuk minta turun sedikit lagi (anggap aja iseng-iseng berhadiah). Saya tidak perlu bisik-bisik, cukup pakai bahasa Bugis. Toh, dia juga tidak ngerti!

"Orang bugis ya..?" pertanyaan si penjaga kios membuat kami kaget.
"Iya.." kali ini ekspresi wajah pace sedikit berubah.
"Ogie tegaki..?" kali ini dia menanyakan daerah asal kami pakai bahasa bugis lengkap dengan logatnya yang sangat kental dan sepertinya tidak asing d telinga kami.
"Soppeng.." ada nada kekhawatiran ketika pace menjawab. Saya pun ikut cemas..!
"Ooo, Tau Takkalalla ka' iya'..!". Gubrakzzz... Dia menyebut daerah asal kakek saya!

Hancur sudah harga sarung dan batu mulianya! Terlebih setelah dia tahu kalau iparnya adalah teman akrab pace di Dinas Perhubungan!

Syukurnya pace tidak bisa menolak meskipun dia merasa tidak enak hati karena dia sudah terlanjur nawar!

Orang bijak boleh bilang "kesempatan tidak datang dua kali..!" Tapi pace membuktikan bahwa Tuhan Maha Kuasa. Kalau dia sudah menetapkan, maka tidak ada yang bisa menghalanginya.

Kalau sudah rezeki, tidak lari kemana!

THE END.

Posted by Tokebo' anak orang beruntung..! 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar