Senin, 07 November 2011

My November Rain (Part I)..

Izinkan aku berbagi pengalaman hidupku, mudah-mudahan ada manfaatnya..

Namaku Brad..
Meskipun namaku kebarat-baratan, namun aku asli Indonesia. Aku lahir dan dibesarkan di daerah Muara Badak Kalimantan Timur.

Aku tidak pernah tahu siapa sebenarnya bapak dan ibu kandungku. Sejak kecil aku dirawat dan dipelihara oleh sepasang suami istri petani. Ibu dan bapak angkatku tidak pernah bercerita tentang ibu dan bapak kandungku dan akupun tidak kepikiran untuk menanyakannya. Menurutku, hal itu tidak jadi soal selama aku diperlakukan dengan baik oleh bapak dan ibu angkatku. Aku justru kasihan melihat Si Udin yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya. Dia tidak pernah diurus sama sekali! Waktu masih kecil, Si Udin harus menagis sekedar untuk menyusu. Tidak jarang dia dibiarkan kelaparan berjam-jam.

Nasib Si Udin sangat kontras dengan nasibku. Aku diperlakukan dengan sangat baik oleh bapak dan ibu angkatku. Aku selalu diberi makan, dan itupun harus makanan favoritku. Kalau aku tidak suka, aku tidak akan makan! Kalau sudah begitu, bapak dan ibu angkatku akan buru-buru menyiapkan makanan lain. Sepertinya dia sangat takut jika aku sampai jatuh sakit atau jadi kurus. Tak heran jika badanku jadi gemuk. Hmm.. sepertinya semua orang suka melihat jika badanku gemuk. Mungkin terlihat lucu dan menggemaskan kali ya..? Soalnya, setiap orang yang datang bertamu suka mengelus pipi dan daguku. Aku jadi geli jika diperlakukan seperti itu.

Perlakuan baik bapak dan ibu angkatku tidak hanya dalam hal makanan, tetapi juga dalam hal lain, mandi misalnya. Sampai sebesar ini, aku tidak pernah mandi sendiri, selalu dimandikan! (malas mandi juga soalnya..!). Badanku digosok, disabunin dan dan dishampo oleh bapak dan ibu angkatku setiap hari. Aku juga tidak pernah disuruh untuk mengerjakan hal-hal kecil sekalipun. Ibu dan bapak angkatku lebih memilih menyuruh orang lain daripada menyuruh aku. Kerjaku hanya main, makan dan tidur sepanjang hari. Mungkin karena itu aku jadi keras kepala dan tidak mau nurut. Tidak jarang bapak dan ibu harus menyeretku agar mau pulang ke rumah. Tapi itu semua tidak berpengaruh terhadap rasa sayang mereka terhadapku. Bahkan aku di beri kamar sendiri di depan. Dari kamarku, aku bisa melihat orang dan berbagai jenis kendaraan lalu lalang. Aku sering berpikir, kapan ya aku bisa naik mobil..? Sayang untuk yang satu ini bapak dan ibu angkatku tidak bisa memenuhinya karena mereka tidak punya mobil. Terkadang aku berteriak memanggil orang-orang yang lalu lalang, mereka hanya tersenyum karena senang melihat diriku yang menggemaskan. Bukannya Ge-eR tapi memang begitu kenyataannya!

Hingga suatu hari di awal oktober 2011, pukul 10.17 pagi..
Sebuah mobil datang dan parkir di depan rumah. Bentuk mobil itu agak beda dari bentuk mobil pada umumnya. Pemiliknya seorang lelaki berbadan gemuk menggunakan topi aneh di kepalanya. Dia sempat mengelus pipi dan juga punggungku lalu kemudian masuk ke dalam rumah. Sepertinya dia ada urusan penting dengan ibu dan bapak angkatku.

Setelah mengobrol agak lama dengan bapak dan ibu di dalam rumah, si pemilik mobil keluar dan menghapiriku. Dia mengelus-elus kepalaku dan juga punggungku lalu kemudian mengajakku naik ke mobil. Sebenarnya aku sangat kepingin ikut, sudah lama aku ingin merasakan naik mobil seperti orang-orang kaya. Namun ketika melihat bulir-bulir air mata menetes di pipi ibu, keinginanku langsung menguap. Aku berusaha mendekati ibu namun sang pemilik mobil menahanku. Dia lalu menggendongku ke atas mobil. Aku berusaha berontak dan berteriak memanggil ibu, tapi itu semua tidak menghentikan langkah sang pemilik mobil. Ibu semakin keras terisak lalu menyembunyikan wajahnya dibalik punggung bapak yang juga terlihat sangat sedih.

Mobil mulai bergerak mejauh dari rumah. Aku berteriak memanggil bapak dan ibu namun mereka tak bergeming. Sepertinya bapak sudah pasrah melepasku, dia berusaha menenangkan ibu yang terus terisak. Bapak membimbing ibu masuk ke rumah lalu menutup pintu di belakangnya. Hilang sudah harapanku untuk bisa bebas dari mimpi yang jadi kenyataan. Naik mobil ternyata tak seindah yang saya bayangkan. Suaraku serak karena terus berteriak hingga akhirnya akupun menyerah dan pasrah. Di kejauhan rumahku semakin mengecil dan akhirnya menghilang dari pandangan. Benakku penuh dengan bayangan wajah ibu yang menangis pilu!

BERSAMBUNG..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar