Lihat kucing liar yang lagi sibuk "meong-meong" di depan Juragan Hadi dan Si Maul. Sekali-kali digesekkannya badannya di kaki Maul. Tingkahnya khas tingkah kucing kelaparan. Tau aja dia kalau Juragan dan Maul lagi makan. Begitu Juragan melemparkan potongan tulang ayam ke lantai, dengan sigap kucing liar itu menyambarnya. Meskipun hanya tulang dan mungkin ada sedikit sisa daging ayam yang menempel di tulang itu namun makannya terlihat begitu lahap.
Jadi ingat kucing liar yang sering "main" ke rumah di Makassar. Meskipun kucing liar, namun tidak seorangpun yang mengira kalau dia itu kucing liar. Yang ada, dia dikira kucing garong. Ketahuan kucing liar kalau pas ada yang gemes kemudian berusaha menangkapnya. Boro-boro ketangkap, bisa nyentuh pake tangan aja tidak bisa!
Bulunya bersih meskipun tidak sebersih kucing rumahan yang selalu di rawat. Kalem, tidak suka bertingkah macam-macam. Meskipun selalu berada di sekitar rumah tapi dia cuma mau masuk ke dalam rumah di malam hari dan pulang dini hari. Mungkin dia pikir rumah di Makassar itu adalah diskotik. Padahal lampu di ruang tamu berkedip-kedip gara-gara usianya yang sudah udzur banget. Makanya setiap kali saya bangun dia selalu mengeong minta dibukakan pintu. Sebenarnya bukan cuma saya tapi pada siapapun ya keluar kamar pertama kali. Hanya saja sayalah yang selalu jadi yang pertama (Hmm.., beruntunglah wanita yang mau jadi istri saya).
Yang membuat orang rumah senang adalah kemampuannya menangkap tikus. Praktis selama dia sering main di rumah, teman-teman Si Jerry jadi langka. Dia juga tidak suka mengemis minta makanan dari siapapun termasuk dari saya. Apa lagi mengganggu makanan orang rumah, tidak sama sekali. Dan hebatnya lagi dia tidak pernah buang air di dalam rumah! Sepertinya dia masih berpikir kalau rumah saya itu adalah sebuah diskotik.
Hingga suatu hari..
Waktu itu saya pergi ke Nunukan karena dapat tawaran pekerjaan. Yang jaga rumah hanya adik-adik dan sepupu-sepupu saya. Seperti biasa orang rumah membiarkan pintu terbuka hingga dia masuk. Setelah dia masuk, barulah pintu ditutup dan dikunci. Dan Si Kucing Liar dibiarkan mengejar Jerry-jerry yang berseliweran.
Sayangnya, tidak ada yang membukakan pintu pada waktu subuh. Mungkin karena tidak tahan, diapun buang air dalam rumah. Biar tidak mencolok dia buang air di tempat yang agak tersembunyi. Tumpukan pakaian yang mau disetrika! Adik saya pun meradang.
Sejak saat itu, Si Kucing liar ahli pengusir tikus itu tidak pernah lagi kelihatan batang kumisnya. Entah karena merasa bersalah, malu atau takut atau bahkan mungkin semua rasa itu campur jadi gado-gado asam manis. Yang jelas kami semua merasa kehilangan! Terutama adik saya yang merasa sangat menyesal karena terlalu keras kepadanya.
Btw: Di rumah kami memanggil Si Kucing Liar itu dengan sebutan "Anjing". :D
Posted by: Tokebo' yang merasa kehilangan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar